Two Fine Days...Semarang!!!
Lazimnya calon pengantin, biasanya selain mempersiapkan
pesta, pasti mempersiapkan juga bulan madunya. Ya..bulan madu memang
momen yang sangat spesial, karena itu hari-hari awal sepasang pengantin
menjadi suami istri. Singapura, Thailand, sampai Turki biasanya menjadi
tujuan favorit pengantin baru buat memadu kasih…hehehe
.
Source : Wikipedia
Tapi hal itu tidak terjadi pada saya dan suami, penugasan
kami di Medan yang jauh dari kampung halaman kami di Bandung (oh iya
kami satu kantor..
), dan padatnya tugas kami sebagai auditor, jadi kami lebih konsen di
persiapan pernikahan, dan LUPA merencanakan bulan madu… hehehe.
Kami baru menyadari hal itu di hari kedua pernikahan kami,
akhirnya kami merencanakan bulan madu yang singkat,dua hari saja !!.
Tentu saja dengan bulan madu ekspres kayak gitu, kami memilih tempat
yang tidak terlampau jauh.
Perjalanan dimulai dengan naik kereta Harina dari Stasiun
Purwakarta hari Senin sekitar pukul 22.00 WIB karena sebelumnya
berangkat dari rumah mertua saya di Purwakarta. Kami naik kereta
eksekutif dengan harga tiket Rp160.000,00, kondisi kereta bersih dan
nyaman, sehingga tidur saya dan suami nyenyak sepanjang perjalanan malam
tersebut dan hanya bangun untuk makan indomie rebus seharga Rp18.000
plus teh manis hangat.
Kereta berhenti di Stasiun Tawang pukul 05.00 WIB, pas
sekali dengan waktu sholat subuh. Selesai kami sholat subuh di mushola
stasiun, kami kembali ke stasiun untuk membeli tiket pulang hari Rabu
pukul 20.30 malam. Selama kami menunggu loket tiket buka, kami diikuti
bapak tukang becak yang merayu kami untuk naik becaknya. Bahkan waktu
kami sarapan soto ayam di dekat stasiun, bapak itu tetap setia menunggu
kami. Oh iya sarapan soto di dekat stasiun itu bikin kami keselek ketika
membayar, bayangkan saja 2 nasi soto ayam plus 5 tempe dan 2 teh manis
hangat hanya Rp15.000, sama dengan harga seporsi soto Medan.
Akhirnya kami terbujuk rayuan bapak tukang becak, dan naik
becak dari stasiun ke hotel Santika di Jalan Pandanaran,yang merupakan
pusat oleh-oleh Semarang, seharga Rp20.000,00 sama dengan ongkos
taksi..hehehe. Tapi memang ada sensasi tersendiri, karena naik becak
kami bisa menikmati Kota Tua Semarang di pagi hari dengan santai, karena
memang untuk ke hotel kami harus melewati daerah tersebut, menyenangkan
sekali.
.
Saya dan suami di atas becak (sempat ya foto-foto..hihi)
Berhubung hari kerja, kamar hotel pun kami dapatkan dengan
harga murah, untuk rate Rp750.000 kami dapatkan harga Rp550.000. Sampai
di kamar hotel, kami terserang kantuk yang luar biasa. Akhirnya kami
mandi dan istirahat dulu sampai waktu sholat Dhuhur tiba. Kebetulan
hotel Santika ini strategis sekali, selain dekat dengan pusat oleh-oleh,
hotel ini juga dekat dengan Simpang Lima, pusat jajanan Semarang,
Masjid Besar Kauman Semarang juga dekat dengan Mal Ciputra Semarang.
Hari Pertama
Setelah sholat Dhuhur di Masjid Kauman, kami jajan tahu
gimbal di lesehan di luar masjid. Tahu gimbal ini mirip dengan gado2,
tapi ada tambahan tahu,bakwan,udang dan kerupuk. Makan tahu gimbal dan
es kopyor sambil lesehan rasanya nikmat sekali, apalagi kami ngobrol
dengan sesama penikmat lesehan untuk menanyakan arah angkot dan jalan ke
Gedung Lawang Sewu.
Lawang Sewu ternyata dekat, cukup naik angkot (saya lupa
nomornya) satu kali, kami berhenti di Tugu Muda, di sana kami
berkeliling berjalan kaki mulai dari Museum Mandhala Bakti, Gereja
Katedral Semarang dan memutuskan untuk masuk Lawang Sewu.
Tiket masuk Lawang Sewu seharga Rp10.000 dan pemandu
Rp30.000 jadi total Rp40.000, walaupun hari kerja tapi Lawang Sewu cukup
ramai pengunjung.
Di Lawang Sewu kami berkeliling gedung, dan berfoto-foto
tentu saja (sayang HP suami hilang, padahal hampir semua foto ada di
sana). Gedung Lawang Sewu terlihat mulai serius dikelola oleh PT KAI, di
sana sini terlihat upaya konservasi gedung tua tersebut agar bisa jadi
cagar budaya.
Kami berfoto di salah satu bagian Gedung Lawang Sewu
(Lihat banyaknya pintu)
(Lihat banyaknya pintu)
Pulang dari Lawang Sewu kami Jalan – Jalan Sore menyusuri
Jalan Pemuda,tentu saja tidak sekedar berjalan. Kami mampir di Istana
Wedang, saya memesan sekoteng yang nikmat dimakan sore-sore, sedangkan
suami memesan es leci longan yang segar banget. Kemudian kami mampir ke
toko Oen, rencananya mau makan malam, tapi berhubung suami nanya dulu
halal atau tidak dan ternyata sebagian masakan di sana tidak halal, kami
tidak jadi makan, padahal saya sudah membayangkan mesan berbagai
masakan Belanda yang lekker….. ;(. Akhirnya kami makan lumpia semarang
di tepat di samping Toko Oen, lumpia hangat plus es teh manis, pas
banget untuk sore-sore.
Karena sudah malam dan capek jalan, kami naik becak ke
Simpang Lima untuk mencari makan malam. Konsep Simpang Lima ini kreatif
sekali, berbagai macam jajanan dikumpulkan di satu tempat, dengan tempat
yang cukup nyaman. Di sana kami memesan Bakmie Jawa yang nyemek plus
teh melati..hmmmm.
Simpang Lima,nikmat!
Hari Kedua
Hari kedua kami sudah harus checkout, padahal kami
berencana ke Masjid Agung Semarang. Akhirnya kami menitipkan
barang-barang kami di lobi hotel dan melanjutkan perjalanan ke Masjid
Agung Semarang dengan naik taksi karena letaknya yang cukup jauh.
Masjid Agung Semarang sendiri merupakan masjid yang megah,
selain Masjid di sini terdapat Islamic Centre. Arsitekturnya sendiri
mengingatkan saya dengan Masjid Nabawi, terdapat payung raksasa di
halaman majid, bentuknya persis seperti Masjid Nabawi di Madinah. Ada
juga menara pandang di sini, namun karena waktu itu hujan besar kami
tidak sempat ke naik ke atasnya.
Untuk pulang dari Masjid ini jarang sekali taksi dan angkot
yang lewat, karena hujan kami terpaksa naik angkot apapun yang lewat
dan berganti-ganti angkot untuk ke tujuan kami berikutnya.
Tujuan kami berikutnya adalah Mall
Paragon..hahaha…ujung-ujungnya tetep ya ke Mall juga. Mall ini tidak
terlalu besar tetapi cukup megah dan lengkap, untuk makan siang kami
mencicipi Restoran yang tidak ada di Medan dan Bandung. Saya lupa nama
persisnya tapi sounds like Bee Restaurant, pokoknya restoran masakan
jepang murah meriah yang interiornya serba kuning. Saya dan suami
memesan menu yang sama, bento unik dan teriyaki yang enak, saya juga
memesan puding strawberry yang enak sekali. Layak untuk dicoba banget
semua menunya.
Kalau belum bawa Bandeng belum ke Semarang kayaknya,
sepulang dari Paragon kami naik becak ke Pusat Oleh-Oleh Bandeng Juwana.
Banyak sekali oleh-oleh khas disana, namun karena namanya juga Bandeng
Juwana, kami lebih tertarik membeli Bandeng Presto rasa original dan
teriyaki. Pelayanannya cepat, efisien dan bandeng dikemas dengan rapih
sehingga bau amis tidak tercium dari kardus.
Karena kereta kami jadwalnya malam, sebelum ke stasiun kami
mampir lagi ke Simpang Lima sekaligus mengambil koper di
hotel..hehe..kami benar-benar ketagihan jajan di sana.
Last night di Semarang
Puas jajan di Simpang Lima, kami mengejar kereta, kali ini
naik taksi, dan ternyata keramahan kota Semarang ternyata tidak hanya
sampai Simpang Lima. Kami baru mengetahui kalau di Stasiun Tawang ada
hiburan dari pemusik lokal setempat, dengan berbagai macam jenis lagu
yang enak didengar..lovely!!
Merdu mendayu di Stasiun Tawang
Bulan madu singkat kami ternyata sangat memuaskan, tidak
perlu jauh-jauh ke luar negeri (dan irit tentu saja),banyak sekali
tempat – tempat lokal yang menyenangkan untuk dikunjungi. Saya dan suami
tertidur nyenyak sepanjang perjalanan pulang, selain karena banyak
berjalan kaki dan lelah tentu saja, kami juga sangat senang bisa
merefresh pikiran kami di Kota Semarang.
It’s really two fine days, dan kami mulai berencana akan ke kota-kota lain di Indonesia.
Ayo kita hidupkan local tourism di Indonesia!!! (kayak slogan Departemen Pariwisata yak?)
Tulisan ini pernah dimuat di : emak2blogger.web.id
Comments
Post a Comment