My (not really) Sweet Seventeen

17 Tahun , sweet seventeen, adalah umur yang biasa dijadikan patokan buat bisa dibilang "oh udah gede toh........" hehehe..

Makanya gak heran , bagi sebagian orang (terutama cewek-cewek) sweet seventeen ini dirayakan besar-besaran. Termasuk saya tentu saja waktu itu, 10 tahun lalu lah kira-kira..(ups ketahuan deh umur saya).

Memang pesta tidak diselenggarakan besar-besaran, untuk keluarga saya yang hampir tidak pernah merayakan ulang tahun, kue tart nasi kuning dan mengundang kerabat, sudah merupakan perayaan besar-besaran.

Seminggu sebelum acara ulang tahun, tentu saja saya sudah sangat senang, udah kebayang deh ketemu saudara dan kumpul-kumpul sambil makan kue.

source : muda.kompasiana.com

Tapi ada yang saya lupa pikirkan , seminggu sebelum saya ulang tahun saya harus mengambil penjurusan di sekolah. Waktu itu karena saya melihat nilai IPA saya tidak terlalu bagus dan saya butuh usaha ekstra hanya untuk dapat angka rata-rata 7 saja untuk mata pelajaran IPA, saya memilih jurusan IPS. Selintas seperti tidak ada masalah, tetapi ada masalah besar yang sudah menunggu saya sebenarnya. Ayah saya sangat mengahrapkan saya masuk IPA, kebetulan keluarga saya juga keluarga eksak "IPA". Waktu itu masih ada paradigma kalau jurusan IPS itu, jurusan buangan. Tentu saja kalau sampai ayah saya tahu saya memilih IPS, bisa marah besarlah beliau.

Tentu saja, "penyelewengan" saya ini ketahuan waktu pembagian Rapor di sekolah, tepat ketika hari ulang tahun saya. Ayah marah besar ketika tahu saya masuk IPS, Ibu juga mendadak repot karena Ayah menyuruhnya untuk kasak kusuk ke guru sekolah supaya saya pindah ke Jurusan IPA atau bahkan pindah sekolah. Tapi saya tak bergeming, saya tetap di jurusan IPS.

Sudah kebayang kan, betapa kacaunya ulang tahun saya. Ayah marah besar, Ibu kerepotan dan saya cuman menangis karena dimarahin Ayah.

Acara ulang tahun tetap berjalan, malam itu kue-kue tart sudah siap di atas meja, nasi kuning sudah dimasak, lilin tinggal ditiup,  tetapi Ayah saya tidak kunjung keluar dari kamarnya. 

Akhirnya acara tiup lilin dimulai tanpa Ayah, para tamu yang datang juga terlihat kaku dan canggung melihat si ratu sweet seventeen meniup lilin dengan mata bengkak. Tanpa memakan kuenya, setelah acara tiup lilin selesai saya langsung ke kamar dan kembali menangis. 

Sweet Seventeen ini benar-benar ulang tahun terburuk...

Malam itu saya bertekad, saya ingin membuktikan bahwa kalau saya tidak mampu di mata pelajaran IPA bukan berarti akhir segalanya.

Di momen itulah segala bermula, saya selalu berusaha untuk pembuktian bahwa jurusan IPS bukan warga kelas 2. 

Memang sweet seventeen saya benar-benar mimpi buruk, tapi terkadang butuh pengalaman pahit agar akselerasi kita untuk memperbaiki hidup menjadi lebih cepat.

Kini..saya disini...duduk mengetik pengalaman saya..dan dengan profesi saya sekarang sebagai auditor, saya rasa saya bisa membuktikan bahwa Jurusan IPS bukan akhir dari segalanya. 

My (not really) Sweet Seventeen is sweet enough actually ........... ;)

Postingan ini diikutsertakan pada Give Away Ultah Samara