Perlu atau Butuh?
Saya baru saja membaca buku "Si Parasit Lajang" karya Ayu Utami (telat banget ya). Saya akui, saya merasa tercerahkan dengan sentilan-sentilan Ayu Utami di buku ini. Tentu saja sesuai dengan judulnya, Si Parasit Lajang, buku ini menyoal tentang filosofi pernikahan di mata Ayu Utami dan kebetulan saya baru saja banyak berbincang baik langsung maupun melalui dunia maya dengan teman-teman saya yang belum menikah.
Beragam alasan orang belum (tidak ) menikah,namun kadang hanya satu paradigma di masyarakat kita pada umumnya bahwa yang belum (tidak) menikah itu karena "tidak laku". Berbagai sebutan mulai dari perawan tua, sampai bujang lapuk terasa biasa disebut-sebut ketika ada orang yang belum (tidak menikah)
Yang berbahaya adalah ketika si subjek yang belum menikah ini termakan paradigma masayarakat ini, putus asa lah dia.
FYI pernikahan itu benar - benar kehidupan yang riil, tidak berhenti pada adegan sepasang pengantin yang saling menatap bahagia sambil melihat rembulan (sinetron banget yah). Ada tagihan-tagihan yang harus dibayar, ada batas-batas pergaulan yang semakin menyempit, ada drama pengasuhan anak, sampai yang terburuk (mungkin) ada perselingkuhan.
Pernikahan bukan hal yang mudah, banyak orang yang memahami ini dan semakin merasa bahwa pernikahan itu bukan lah kewajiban. Survey menunjukan di negara maju semakin banyak orang yang memutuskan untuk tidak menikah.
Menikah atau belum (tidak menikah) adalah sebuah pilihan,dan bagaimana menjalani peran menikah atau tidak menikah tersebut dengan baik. Kalau kita lihat di salah satu episode Just Alvin, being single is not the end of the world, dengan langkah yang lebih luas dan bebas, orang-orang yang tidak menikah bisa lebih maksimal dalam menjalankan peran dan mengejar mimpinya.
Percayalah, paradigma dari masyarakat akan terus ada,betapapun kita sudah berusaha fit dengan kondisi yang ada. Contohnya saya , saya menikah di usia yang tidak terlalu muda (sudah pernah dapat predikat telat kawin), menikah dengan yang lebih muda (predikat demen brondong) dan belum hamil (pertanyaan "udah isi belum??" setia mampir di setiap perjumpaan dengan kawan).
Satu kesimpulan saya, siapapun yang ngomong itu (kalau bukan orang tua sendiri) sampai rumah, mereka lupa kok, kenapa mesti kita yang repot? ;)
Pernikahan itu bukan harus, melainkan perlu. Perlunya ya bagi yang membutuhkan saja.... Ayu Utami
Beragam alasan orang belum (tidak ) menikah,namun kadang hanya satu paradigma di masyarakat kita pada umumnya bahwa yang belum (tidak) menikah itu karena "tidak laku". Berbagai sebutan mulai dari perawan tua, sampai bujang lapuk terasa biasa disebut-sebut ketika ada orang yang belum (tidak menikah)
Yang berbahaya adalah ketika si subjek yang belum menikah ini termakan paradigma masayarakat ini, putus asa lah dia.
FYI pernikahan itu benar - benar kehidupan yang riil, tidak berhenti pada adegan sepasang pengantin yang saling menatap bahagia sambil melihat rembulan (sinetron banget yah). Ada tagihan-tagihan yang harus dibayar, ada batas-batas pergaulan yang semakin menyempit, ada drama pengasuhan anak, sampai yang terburuk (mungkin) ada perselingkuhan.
Pernikahan bukan hal yang mudah, banyak orang yang memahami ini dan semakin merasa bahwa pernikahan itu bukan lah kewajiban. Survey menunjukan di negara maju semakin banyak orang yang memutuskan untuk tidak menikah.
Menikah atau belum (tidak menikah) adalah sebuah pilihan,dan bagaimana menjalani peran menikah atau tidak menikah tersebut dengan baik. Kalau kita lihat di salah satu episode Just Alvin, being single is not the end of the world, dengan langkah yang lebih luas dan bebas, orang-orang yang tidak menikah bisa lebih maksimal dalam menjalankan peran dan mengejar mimpinya.
Percayalah, paradigma dari masyarakat akan terus ada,betapapun kita sudah berusaha fit dengan kondisi yang ada. Contohnya saya , saya menikah di usia yang tidak terlalu muda (sudah pernah dapat predikat telat kawin), menikah dengan yang lebih muda (predikat demen brondong) dan belum hamil (pertanyaan "udah isi belum??" setia mampir di setiap perjumpaan dengan kawan).
Satu kesimpulan saya, siapapun yang ngomong itu (kalau bukan orang tua sendiri) sampai rumah, mereka lupa kok, kenapa mesti kita yang repot? ;)
Pernikahan itu bukan harus, melainkan perlu. Perlunya ya bagi yang membutuhkan saja.... Ayu Utami
Hehe perlu dan butuh hehe
ReplyDeletesalam kenal mba
Iya mbak,, gimana caranya aja biar pilihan kita itu dijalanin dengan bermakna.. ;) salam kenal juga mbak...
ReplyDeleteKalo menurut aku, pernikahan itu harus dan perlu, karena kalo tidak ada pernikahan (apalagi jika di negara kita semakin banyak org2 yg tdk menganggap harus & perlu akan pernikahan), maka tidak akan ada lagi keturunan, dan ini tentu saja akan melawan alam. Salam kenal :)
ReplyDeleteAku tidak pernah mendengarkan kata orang, aku mendengarkan kata hati sendiri kalau merasa benar. Menikah itu fitrah dan sunah. Tapi kalau belum bertemu jodohnya,mau apa? Kita kan tidak asal sembarang menentukan pilihan. (hehe...kok jadi emosi ya?)
ReplyDeletehehe..life is all about choices, memilih yang paling bagus dan pas, beli baju aja kita milih mbak, apalagi pasangan hidup...;)
ReplyDelete